Custom Search

Category Archives: Budaya Sejarah

Tortor Balang Sahua dalam Tranformasi Gerak, Hasil Koreografi Oppung Raminah Garingging Penulis: Sultan Saragih, Bekerja di Kajian Budaya Rayantara Pergelaran tortor Balang Sahua – tari Belalang Sembah, yang telah kami tampilkan di Balei Bolon Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS), jalan Pdt. J. Wismar Saragih, tanggal 1 Oktober 2016 kemarin, dalam acara Seminar Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Selengkapnya . . .

Teater Tradisonal Simalungun Tampil di Jambi oleh: Sultan Saragih Sebulan yang lalu, aku di telpon oleh Suhu Muhar Omtatok dari Batam. Ia mengatakan, Taman Budaya Sumatera Utara melalui Matheus Swarsono mencari penampilan etnik untuk Temu Karya Taman Budaya Se-Indonesia. Matheus Swarsono adalah seniman/koreografi tari yang membawakan Ramayana versi Karo di Candi Prambanan, Yogyakarta tahun lalu Selengkapnya . . .

RONDANG BITTANG JADI PESTA PEJABAT sumber: Harian Siantar 24 Jam (Jumat, 30/9), 2016 “Salipotpot roh udan, sahali taridah sahali lang.” Artinya bagai kunang kunang, bila datang hujan, berkedip di kegelapan terkadang terlihat terkadang tidak atau samar samar. Demikianlah Pesta Rondang Bittang yang dilaksanakan baru baru ini di pantai bebas Parapat,” kata Sultan Saragih kepada SIANTAR Selengkapnya . . .

Rondahaim-Napoleon der Batak (Diceritakan kembali oleh Dr Sarmedi Purba) Raja Terakhir di Sumatera yang tidak mau takluk kepada Belanda (Seperti yang dituturkan oleh Jawasman Purba alias Asang dari Sondiraya, Kabupaten Simalungun, Sumut) Hanya Kerajaan Raya yang tidak dapat ditaklukkan oleh Pemerintahan Kolonial Belanda semasa pemerintahan Tuan Rondahaim (1928-1891), gelar Tuan Namabajan. Raja dengan ribuan tentara Selengkapnya . . .

KISAH TORAPANGIOU BERTEMU JODOHNYA, DAYANG HAREIHAREI (Bagian Kedua: Kisah Torapangiou) Oleh: Tuan Subirman Damanik/Sidukkap Naburuk 23 September 2016 Torapangiou (Tora) sigomgomi Dolog Batu Takkas, barbarni Tobang, Bolon malojang jambulanni Pusukbuhiton usih Taratinggi pakon harehare akkulani haganup mar ambulu. Hasomalanni mangossop hombun pakon marjirisjiris hun pakpak ni dolog Batu Takkas, hinorhonni hasomalan ni masursur do ganupan Selengkapnya . . .

SULLY SINAGA: SENIMAN PISOU SIMALUNGUN oleh: Sultan Saragih Sully Sinaga (41), pria kelahiran Pematang Siantar ini memiliki bakat otodidak dalam memahat berbagai jenis kayu, melukis ornamen, membuat suhul dan sarung pisou khas Simalungun. Ia memulainya sejak tahun 1998 yang lalu. Tidak ada guru yang memberi pelajaran atau mewariskan pengetahuan membuat pisou secara langsung kepadanya. Semua Selengkapnya . . .

SANG NAUALUH DAMANIK: RAJA SIATTAR YANG TERLUPAKAN oleh: Erond L Damanik, M.Si sumber: History for Fun – Komunitas Anak Negeri Pemerhati Sejarah dan Sosial A. Pengantar Pada awalnya, sebelum memasuki abad ke-16 terdapat dua buah kerajaan besar di wilayah Simalungun yaitu kerajaan Nagur yang yang telah disebut dalam catatan Tiongkok abad ke-15 (“Nakuerh”) dan Marcopolo Selengkapnya . . .

Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Simalungun Sumatera Timur oleh: Erond Litno Damanik, M.Si sumber: Girsang Vision Riwayat asal mula kerajaan Simalungun hingga kini belum diketahui pasti, terutama tentang kerajaan pertama yakni Nagur (Nagore, Nakureh). Demikian pula kerajaan Batanghiou serta Tanjung Kasau. Kehidupan kerajaan ini hanya dapat ditelusuri dari tulisan-tulisan petualang dunia terutama Marcopolo dan petualang dari Selengkapnya . . .

Sejarah Singkat GKPS dan Perjumpaannya dengan Budaya Simalungun oleh: Marthin Raymond Saragih sumber: PMTA GKPS dan Hasoman Sejarah Singkat Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) merupakan salah satu gereja yang berlatar belakang kesukuan, yaitu Batak Simalungun. Injil masuk ketanah Simalungun pada 2 September 1903 oleh seorang utusan RMG (Rheinische Missionsgesellschaft), yaitu Pdt. August Theis. Selain August Theis, nama-nama Selengkapnya . . .

SITUS DOLOK BATU NANGGAR, SEBAGIAN BESAR HILANG DAN TERJUAL Penulis : Sultan Saragih, bekerja di Kajian Budaya Rayantara Sumber: Simalungunonline   TERJUAL“SIMALUNGUN, belum saat nya ku banggakan, kecuali deretan panjang berbaris “Pekerjaan Rumah” memasuki halaman runyam sejarah dan budaya. Aku selalu menulis, sebab hanya dengan ini sejarah dapat ku sampaikan. Aku selalu menulis, sebab hanya Selengkapnya . . .