Custom Search

PANGULU BALANG PURBA DOLOK


– TURI-TURIAN “PANGULU BALANG” SANGGAH SAPARI –

Oleh: Simalungun Frame/Hotman Damanik

 

 

Pangulu Balang Purba Dolok – Kabupaten Simalungun

Neosimalungunjaya.com – Pangulu Balang atau Hulu Balang (Mother Stone) merupakan salah satu legenda dari Tanoh Simalungun, Tanah Simalungun. Keberadaannya banyak ditemukan di berbagai daerah di Simalungun. Disebutkan fungsinya adalah sebagai Patung Pelindung Desa/Kampung yang dipahat atau terbuat dari batu. Dari penelusuran penulis, disebutkan bahwa pada masa lalu Pangulu Balang bukan hanya sekedar batu biasa atau patung biasa. Tetapi patung yang sebelumnya telah “diisi” dengan “roh” dan “sisa” jasad manusia yang sengaja dikorbankan dan diolah sedemikian rupa, khusus digunakan untuk ‘menempati’ sebuah Pangulu Balang.
Ada berbagai kisah tentang cara untuk membuatnya. Misal, ada sebuah cerita mengerikan tentang seorang anak kecil yang ‘diambil’ dan sengaja diasuh dengan adanya perjanjian bahwa apa pun permintaan anak tersebut akan dikabulkan atau dituruti, dan si anak tidak tahu bahwa dia telah dipersiapkan. Kemudian, setelah ia berumur 10 tahun lalu anak tersebut telah tiba saatnya untuk dikorbankan.
Ada pula versi lain yang mengatakan bahwa sang korban untuk “pembuatan” penjaga ini adalah seorang laki-laki atau wanita dewasa yang merupakan musuh dari kampung tertentu.
Nah, lalu bagaimana cara pembuatannya? Begini…

Rumah Pelindung Pangulu Balang Purba Dolok – kabupaten Simalungun

Si korban – yang  telah dipilih untuk dikorbankan itu, kemudian akan ditanam di dalam tanah sampai batas posisi kepala. Lalu dikondisikan dengan posisi mulutnya menganga, kepala menghadap ke langit. Setelah itu timah dipanaskan hingga mencair lalu timah cair panas tersebut dituang ke dalam mulut si korban dalam kondisi hidup. Setelah meninggal mayat tersebut dipotong-potong dan dicampur dengan beberapa ramuan dan dibiarkan membusuk. Air fermentasi yang keluar dari mayat itu disebut danei, disimpan di dalam sebuah cawan, lalu sisanya dibakar untuk mendapatkan abunya. Kemudian, untuk memanggil roh dari si korban tadi disiapkan lah media berupa patung, dan patung inilah yang disebut dengan “pangulu balang”. Tentu hal ini dilakukan oleh seorang Datu. Dan sang Datu bisa memanfaatkannya untuk berbuat sesuatu yang tidak baik. Pangulu balang pada saat tertentu akan dipele (diberi sesajen). Pangulu balang ini juga berfungsi sebagai penjaga suatu kampung.

Pangulu Balang (jenis Pria) di Purba Dolok

Pada zaman dahulu, jika ada musuh hendak menyerang sebuah kampung, maka Patung Penjaga akan memberikan tanda-tanda adanya bahaya. Ada yang bisa berbicara, dan ada yang bisa membuat tanda-tanda alam. Biasanya patung pangulu balang mempunyai lubang kecil pada salah satu bagian ‘badannya’. Dan biasanya terdapat pada bagian atas kepala. Pada titik inilah sang Datu menempatkan roh seseorang yang dikorbankan tadi.
Pangulu balang di Purba Dolok (salah satu desa di wilayah kabupaten Simalungun), awalnya terdapat dua buah, namun kini hanya tersisa satu patung saja yakni yang berciri patung pria.

Menurut keterangan yang tertera pada situs tersebut, disebutkan bahwa Tuan TALAM PURBA, Tuan Purba Dolok anak dari Raja Purba XI – Raja Kesebelas (salah satu kerajaan di Simalungun) karena dilahirkan bukan dari seorang ibu keturunan bangsawan, maka ia tidak berhak menjadi raja di Kerajaan Purba nantinya. Ibunya tersebut seorang boru HALOHO. Jadi Beliau (Tuan Talam Purba) pada Tahun 1872 memerintahkan untuk membuat sepasang patung pangulu balang laki-laki dan perempuan yang digunakan sebagai penjaga kampung Purba Dolok. Dan kini hanya tinggal satu, sayangnya patung perempuan telah lama hilang. Ada hal yang unik soal lokasi dari pangulu balang ini yakni tepat berada di samping Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Purba Dolok.

Dahulu masyarakat Purba Dolok dan sebagian Pengurus Gereja mengusulkan agar patung tersebut dihancurkan. Tetapi karena berbagai pertimbangan akhirnya hanya digeser. Dan sampai sekarang posisi pangulu balang masih tetap berada di sekitar kompleks gereja. Penulis melihat hal ini sebagai cerita tingkat kosmologi yang telah berubah dari animisme kepada agama yang lebih beradab dan berpengharapan. Faktanya, masih banyak situs pangulu balang yang tersebar di berbagai daerah Simalungun. Dan Penulis berharap, mari lah tetap kita jaga situs-situs tersebut karena merupakan bagian dari sejarah perjalanan peradaban kita sehingga patut dihargai, diapresiasi sebagai peninggalan budaya dari peradaban Simalungun tempoe doeloe. Salam.

 

Sumber: https://www.facebook.com/simalungun.frame/posts/710313122486951

Sumber foto: Simalungun Frame/Hotman Damanik

 

NIAR DAMANIK: BORU SIMALUNGUN SI PEMAKAI BULANG SULAPPEI (TUDUNG SULAPPEI)