Dialog Seniman Simalungun 2016 Usung Tema Sonaha
Khabar Pandoding Simalungun
sumber: beritasumut.com
Sabtu, 17 September 2016
Beritasumut.com-Lagu-lagu simalungun kian hari kian ditinggalkan bahkan oleh masyarakat Simalungun sendiri. jangankan untuk bersinar di kancah nasional ataupun internasional, dengan lagu-lagu sesama suku di daerah Sumatera Utara saja pun lagu Simalungun dinilai masih kalah pamor, sebut saja dengan lagu-lagu Karo ataupun Toba. Kondisi ini membuat Maruli Damanik, Very Saragih Garingging, dan Annuar Damanik tergerak untuk membuat Forum Group Discussion (FGD) bertajuk “Seniman Simalungun Berdialog”.
Bertempat di Sagar Café, Jalan HM Joni Medan, Jum’at (16/09/2016) kegiatan ini ini dihadiri oleh 50 puluhan orang yang terdiri dari para seniman Simalungun seperti Jhon Elyaman Saragih, Dodi Purba, Widya Br. Garingging, Jhon Efendi, Frans Garingging, Lamhot Saragih, Sarudin Saragih, dan beberapa nama lainnya.
Selain itu, turut hadir pula budayawan Darmawan Purba, produser musik Simalungun, EO, akademisi, juga organisasi/perkumpulan orang Simalungun diantaranya, HIMAPSI (Himpunan Mahasiswa & Pemuda Simalungun) dan HMSI (Himpunan Masyarakat Simalungun Indonesia). Tak hanya dari Medan, para seniman dari Pematangsiantar juga menunjukkan kepedulian mereka terhadap masa depan seni Simalungun dengan turut hadir dalam FGD kali ini.
Dimulai dengan suguhan manis berupa Tor-Tor Sitalasari, acara dialog secara simbolis dibuka dengan prosesi pemakaian gotong (topi/penutup kepala pria, khas Simalungun) oleh rombongan seniman Simalungun dari Pematangsiantar kepada Maruli Damanik yang pada acara ini bertindak sebagai pemandu dialog. Prosesi pemakaian gotong ini sejalan dengan program “Eta Margotong Marbulang”, yakni ajakan untuk memakan gotong dan bulang (sejenis topi/hiasan kepala khas Simalungun yang dipakai oleh perempuan) di acara-acara nonformal.
“Ke depan kami akan memakai gotong saat menyambut tamu-tamu travel kami agar orang-orang semakin kenal dengan produk budaya Simalungun,” ucap Maruli yang merupakan Direktur PT Lovely Holidays Travel and Tour yang disambut dengan tepuk tangan para hadirin.
Dialog dengan fokus tema “Sonaha Khabar Pandoding Simalungun” ini membahas tentang kualitas lagu-lagu Simalungun yang dinilai kurang populer dibanding lagu-lagu daerah dari suku lain. Dalam hal ini, Darmawan Purba selaku budayawan memberikan pandangannya bahwa ada berbagai faktor yang menyebabkan hal tersebut, seperti : faktor ekonomi, jumlah masyarakat Simalungun, juga kualitas penyanyi, lirik lagu, serta selera masyarakat yang umumnya terkotak-kotak.
Dijelaskan Darmawan Purba bahwa sejak era kaset tape berkembang, orang Karo sudah membuat kaset tape berisi lagu-lagu mereka dan masyarakat Karo membelinya. Sementara saat hal itu diterapkan pada lagu-lagu Simalungun, masyarakat Simalungun lebih memilih membelanjakan uangnya untuk hal-hal yang lebih urgent seperti kebutuhan sehari-hari. Dari segi jumlah penduduk pun masyarakat Simalungun masih kalah dibanding suku batak lainnya. Saat jumlah masyarakat Simalungun masih mencapai angka 500 ribuan, jumlah masyarakat suku batak Toba sudah mencapai jutaan penduduk. Ini tentu mempengaruhi jumlah apresiasi dan penikmat musik dari lagu-lagu daerah mereka.
“Tahun 1980 sudah terlihat bagaimana lagu-lagu Simalungun. Kala itu Himapsi aktif membuat lomba, jadi kualitas lagunya pun terjaga. Saat ini penyuka lagu Simalungun bervariasi. Ada yang suka versi lama, ada yang suka yang sudah dimoderisasi, ada yang suka di-remix. Kita tidak bisa menghindari moderisasi, moderisasi boleh-boleh saja dilakukan tapi jangan sampai merusak,” papar Darmawan Purba.
Sementara itu, dari sisi pemasaran, Annuar Damanik memaparkan bahwa produk lagu-lagu Simalungun sudah bagus, tinggal bagaimana memasarkannya. Menurut Annuar, pasar utama yang potensial untuk lagu-lagu Simalungun adalah masyarakat Simalungun itu sendiri, khususnya daerah-daerah yang terkenal banyak didiami oleh suku Simalungun. Produsen musik dan lagu-lagu Simalungun harus siap turun ke 31 kecamatan di Simalungun.
“Simalungun ada 31 kecamatan. Siapkah kita atrek, turun ke kecamatan? Karena itu adalah market pertama. Sebelum dikenal di luar, kita rangkul dulu yang di dalam, yang 31 kecamatan ini,” ujar Annuar.
Dialog kian menarik dengan banyaknya antusiasme dari para hadirin baik itu berupa saran, kritik, keluhan, maupun cerita pengalaman yang berisi pelajaran untuk kemajuan seni Simalungun khususnya di bidang seni suara ke depannya.
Setidaknya ada 8 (delapan) hal yang perlu diperhatikan dari diskusi kali ini : 1.) Dari segi musikalitas, musik Simalungun harus memiliki ciri khas. 2.) Dari segi kualitas, seniman Simalungun harus berlatih. 3.) Dari segi marketing, utamakan daerah yang didiami masyarakat Simalungun sebagai market utama. 4.) Lirik lagu Simalungun harus dibenahi. 5.) Dibutuhkan peran aktif media 6.) Perlu adanya pertunjukkan, lomba, dan kegiatan sejenisnya untuk memacu kreatifitas seniman Simalungun dalam berkarya. 7.) Baik seniman senior dan junior harus kompak dan berkolaborasi agar tercipta regenerasi yang baik. 8.) Korelasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Acara yang terselenggara berkat dukungan dari PT. Lovely Holidays Tour and Travel, Toyota Deltamas Medan, dan Sagar Café ini mendapat respon positif dari hadirin dan para seniman yang hadir. Seperti yang diungkapkan Jhon Elyaman Saragih :
“Apresiasi yang tinggi saya berikan pada lawei Maruli Damanik atas terselenggaranya acara ini. Ini masa yang saya tunggu-tunggu selama 19 tahun berkarya untuk mengeluarkan unek-unek sebagai seniman Simalungun,” ungkan Jhon Elyaman Saragih.
Acara Seniman Simalungun Berdialog ditutup dengan seluruh artis menyanyikan lagu Sipukkah Huta sebagai bentuk semangat awal kebangkitan seniman Simalungun. (Rel)