Custom Search

 

DODY PURBA SAKSOFONIS INDONESIA

MEWARISI ‘DARAH SENI’ DARI KAKEKNYA

 

Dody Purba Saksofonis Indonesia

 

Neosimalungunjaya.comDody Purba Saksofonis Indonesia adalah kelahiran Pertibi Simalungun, Pertiwi Simalungun. Sejak usia 12 tahun ia sudah mengenal nada dengan baik. Kedua orangtua dan kakaknya adalah pecinta musik yang selalu memutar berbagai album lagu di rumah hingga hal itu membuat Dody kecil menyukai berbagai jenis musik. Lagu-lagu yang didengar telah meresap ke dalam dirinya. Ia juga menyukai album daerah Batak seperti milik Trio Lasidos, Trio Maduma (trio artis Batak Toba era 1980-an) dan tentu lagu daerah Simalungun juga.

Bagaimana ia mulai bermain alat musik, begini ceritanya… Suatu hari, tepat ketika liburan sekolah SMP sekitar bulan September – Oktober tahun 1994,  ia dan keluarganya diundang berlibur ke Tanah Karo, Desa Doulu (salah satu wilayah di Sumatera Utara yang didiami suku Karo, tetangga Suku Simalungun) oleh Bengkila dan Bibinya (Paman dan Bibi). Di sana mereka menghadiri semacam Pesta Rakyat masyarakat Karo yang dinamakan Kerja Tahun. Dody Purba tertegun saat menyaksikan permainan musik keyboard dan Gendang Perkolongkolong (alat musik khas suku Karo). Itulah kesan kuat dan dekat yang membuatnya jatuh cinta dengan nada-nada yang dapat dihasilkan alat musik. Ternyata, manusia bisa tertegun oleh daya tarik alat musik, pikirnya mendalam.

Alat Musik Pertama Miliknya

Beberapa hari kemudian, masih di rumah sang Bengkila (paman), ia pun tertarik dengan sebuah gitar yang tergantung apik di dinding. Ia langsung meraih, meraba dan memainkannya dengan nada-nada yang tak teratur. Rupanya sang paman memperhatikan permainan gitarnya. Kejadian itu pun menjadi pembahasan khusus antara ayah dan pamannya dalam acara minum kopi pagi mereka.

Dalam perjalanan pulang, sang Bapak bercerita tentang siapa sesungguhnya pamannya itu. Tak disangka Dody kecil, bahwa bengkila-nya, Mulgap Ginting ternyata adalah seorang pencipta lagu dan seniman andal Karo saat itu. Penjelasan bapaknya, menjadi pemicu bagi Dody Purba untuk menuruti kata hatinya untuk segera membeli gitar! Bapak dan ibunya setuju, karena mereka pun menginginkan hal tersebut. Itulah gitar dan alat musik pertama miliknya.

Saat Sekolah Menengah Pertama (SMP), Dody Purba sudah paham gitar accord 3 batu (tiga kunci) karena telah diajari oleh Natturang-nya (bibi lainnya) di sela kegiatan mereka memipil jagung. Ia sangat berterimakasih atas kontribusi guru favoritnya di SMP Negeri Dolog Pardamean, Kabupaten Simalungun, yakni R. boru Girsang yang merupakan guru kesenian yang telah banyak memberi pengarahan tentang not dasar padanya.

Dody Purba Saksofonis Indonesia Kelahiran Pertibi Simalungun

Darah Seni Diwarisi dari Keluarga Ibunya

Kecintaannya bermain musik ternyata sangat dipengaruhi ‘darah seni’ yang diwarisi dari keluarga ibunya, Asima boru Saragi Napitu yang merupakan keturunan seorang Parsarune Toba (pemain alat musik tradisional suku Toba). Oppung-nya (kakek) Maju Napitu, tinggal di Pulo Samosir, Sakkal Sibatubatu. Dan ibunya sendiri merupakan seorang Penari Tarian Sakral Toba sebelum ia menjadi Pegawai Negeri Sipil (Guru) di Kabupaten Simalungun.

Setelah bertugas menjadi guru, ibunya masih tetap setia berkesenian dengan melatih, memperkenalkan kepada para siswanya cara memainkan Gondrang Simalungun, alat musik khas suku Simalungun. Sebuah kelompok musik siswa pun telah dibentuk bernama Hagualon SDN Nagori, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun.

Budaya Simalungun yang kaya seperti kehadiran Gondrang (alat musik khas Simalungun) telah  menginspirasi Dody Purba agar mencintai berbagi alat musik tradisonal. Kelak ia baru menyadari ternyata tanah kelahirannya telah berkontribusi banyak dalam pembentukan minat musiknya.

Dody Purba pernah bertanya kepada ibunya: “Kenapa kita sekeluarga jadi seniman, Mak?” Ibunya menjawab, ”Panjang itu amang (nak) ceritanya…”

Kemudian ibunya melanjutkan sebuah cerita yang tidak pernah terduga olehnya. Suatu ketika kedua orangtuanya menikmati akhir minggu, tepat saat ia sedang dikandung, ternyata kedua orangtuanya pernah melakukan sesuatu yang tak terbayangkan, mereka nekat ‘mencuri’ minuman milik seorang artis ibukota yakni Titiek Puspa yang sedang mengisi Pesta Rakyat Suku Simalungun, Rondang Bittang di Parapat (sebuah wilayah indah di kabupaten Simalungun tepatnya di tepian danau Toba) tahun 1981. Minuman sang Artis Ibukota diam-diam diambil dari belakang ketika Titiek Puspa sedang sibuk.

“Mungkin peristiwa itu lah yang membuat ‘darah’ senimanku makin kuat. Ada keinginan kedua orangtuaku agar aku kelak menjadi seorang artis terkenal sehingga ketika saya di kandungan diberi minuman milik seorang artis ibukota,” kenang Dody Purba akan kejadian yang dirasanya sungguh tak terduga itu. 

Perjumpaaan Unik dengan Saksofon

Pertama kali Dody Purba kepincut dengan daya tarik saksofon adalah ketika kelompok Siantar Music dari kota Pematangsiantar hadir dalam acara kematian oppungnya (kakek) tahun 1994. Permainan Siantar Music telah berhasil mencuri hatinya. Entang kenapa, perhatiannya selalu tertuju pada salah satu permainan alat musik yakni saxofon. Suara saksofon itu benar-benar merasuk ke bawah sadarnya. Sejak itu, ia memiliki tekad untuk bisa memainkannya.

Mendalami Saksofon di Kampus Nomensen

Kemudian Dody Purba mendalami alat musik saxofon di Universitas Nomensen, Fakultas Kesenian, Medan. Semester pertama ia memilh Major Pianom namun tidak tertarik. Semester kedua memilih Major Instrumen Saksofon yang dibimbing almarhum PakYanto (seorang saksofonis TNI Angkatan Darat di Medan). Pak Yanto mengajarkannya teknik Fingering (penjarian dasar dan tehnik pernapasan meniup saksofon yang benar dan akurat untuk pop),  membaca not balok “partitur” klasik yang dibantu juga oleh almarhum Ben Pasaribu yang difasilitasi Fakultas Kesenian Ruang dan Alat Musik. Di saat bersamaan ia pun dibina Edward. C. Vannes dan Drs. Kamaluddin Galinging (Trompetis/Composer) tentang “Part”.

“Dari merekalah saya mendapat banyak referensi, masukan tentang ilmu improvisasi serta tehnik arangemen musik,” akunya.  

Setelah Pak Yanto meninggal, Dody Purba kemudian dibimbing dosen barunya, Drs. Mangapul Manullang seorang Fluteis/Saksofon Klasik dan Jazz serta oleh Drs. Mauli Purba dan Ibu Emmy Simangunsong yang seorang Musikolog Sumut. Nah, setelah pertemuan dengan Drs. Mangapul Manullang lah ilmu musik, fingering, tehnik peniupan pop saxofon yang benar, improvisasi, serta virtuso membaca partitur makin lancar, hingga ia pun percaya diri mencari nafkah bermain saxofon di kota Medan.

Selama kuliah, Saksofon lah yang selalu ia tiup setiap hari dan harus latihan minimal 4-5 jam per harinya sesuai anjuran Edward C. Vannes, almarhum Ben Pasaribu, Drs. Kamaluddin Galingging, Drs. Mangapul Manullang dan Hary Situmeang, S.Sn..

“Saya memilih jenis alat musik saksofon disebabkan nuansa nada yang dihasilkannya mengandung jeritan, kegeraman hati, lelucon hati dan kesedihan sekaligus. Pada permainan alat musik ini kita juga bisa menemukan jiwa atau perasaan peniupnya. Permainan saksofon saat dimainkan mesti jelas serta transparan not-nya,” jelasnya.

“Secara pribadi saya mengatakan nada yang dikeluarkan saksofon memang benar-benar mewakili suara hati seorang jantan, gagah, pemberani, dan tegas. Peniup saksofon itu seperti peniup sangkakala bagi saya. Karena itulah saya ingin mengakrabi lebih intim saksofon ini,” pungkas Dody Purba Sidagambir yang juga masih merupakan keturunan salah satu keluarga kerajaan Simalungun.  

Dody Purba mengaku memilih saksofon dikarenakan alat musik ini jarang diminati secara formal. Saat ia kuliah belum ada strata 1 spesialis saksofon, dan baru seorang Dody Purba yang secara formal berstatus saksofonis berstrata satu – Player Kesenimanan Saksofon S1 di Sumatera Utara. Dan bukan berarti, Dody Purba tidak mempelajari alat musik lainnya seperti terompet, keyboard dan gitar – ia juga mempelajarinya. Meski ada anjuran dosennya yang mengatakan bahwa menguasai satu alat musik saja sudah merupakan hal luar biasa, namun menurut Dody Purba efeknya bisa menjadi buta akan alat musik yang lain.

Dody Purba Saksofonis Indonesia

Bermain Saksofon di Luar Sekolah

Untuk mengasah permainanya agar lebih ‘tajam’ antara tahun 2003 – 2005 Dody Purba sering bermain saksofon di luar jam kuliah dengan bergabung dalam Session Band yang dibina oleh Band Mastro Sumut. Kesempatan itu didapatnya karena para master saksofonis Session Band hijrah ke ibukota seperti Bang Jimmy Tobing, Bang Horas, Bang Hos dan lain-lain yang didahului oleh Pak Tri (piano jazz), Oky (bass), Ruspian (drum),Vesly (voc), Emil Panggabean (bassis Pertamina), Toto (drum), Om Curcil (percussi keturunan Sultan Deli) dan lain sebagainya.

Dalam perjalanan permainan saksofonnya, kesempatan perdana Dody Purba dapat bermain di depan khalayak adalah saat acara Wisuda kakak kelas alumni Nomensen tahun 2002, di Hotel Grand Angkasa, Jalan Sutomo lantai 2 dalam kelompok orkes yang dibina oleh Drs. Kamaluddin G..

Bermain Saksofon Menjadi Profesi

Pada tahun itu pula (2002) Dody Purba mulai menjadikan bermain saksofon menjadi profesi tepat ketika ia menjalini semester dua di Universitas Nomensen. Saat itu ia telah menjadi bagian personil musik tiup Batak – Maju Musik, Pasar Merah, Medan yang dibina oleh Guru Trompet alaminya, Maju Napitupulu (mantan terompetis Tambunan Musik). Setelah itu karirnya meningkat, ia dan teman-temannya kemudian membentuk sebuah band komersil di hotel Danau Toba tahun 2004. Band itu mereka namai Gorga Band.

Tahun 2005-2006, ia diangkat Universitas HKBP Nomensen Medan, Fakultas Kesenian menjadi Dosen Musik (dosen tidak tetap) Spesial Saksofon. Tahun 2006-2013 karirnya meningkat lagi hingga dapat merantau ke ibukota Jakarta. Nah, di Jakarta-lah Dody Purba semakin memperluas wawasannya lagi ketika dapat bertemu dengan para maestro musik nasional.

 

Kolaborasi Album dan Pertunjukan

yang Sudah Dilakukan 

  1. Edo Kondologit feat RNB Trio
  2. Tigor Gipsy – album Sai Anju Ma Au
  3. Erik Sihotang – album Sigaret Begu
  4. Ade Afi
  5. Jimmy Titarsole – dalam arangemen juga terlibat
  6. Hany Pongkerego – album rohani
  7. Eleksis Trio – album Kota Medan dan Nagoya Hil
  8. Sarudin Saragih – live show
  9. Tony Simarmata – album Burjuni Inangi
  10. Jhon Eliaman Saragih – album Parisni Udan dan Rohani Simalungun
  11. Lamser Girsang – album Sinar Sepadan
  12. Yeyen Marbun, Darman Saragih (Gunung Artha Record) – album Suratanon
  13. Tiro Fanta Pinem, Sapna Sitopu, Pargocci Band bersama Toba Dream Vicky Sianipar Manggarai – Jumadi Record
  14. Ramona Purba – live show di Jekita Cafe
  15. Titiek Puspa – acara Rancak Minang TVRI Jakarta di studio 1 (2006-2013)
  16. Elly Kasim – acara artis Minang
  17. Betharia Sonata
  18. Kace Metakhoy – Doddie Lituhuruy – album Ambon
  19. Aris Merdeka Sirait – album Uning-uningan Fenomenal
  20. Lusita Trio
  21. Sandy Trio – album Nipikki
  22. Martogi Sihotang (Seruling) dan Poster Suling
  23. Beny Panjaitan – live show di Bekasi Kalimalang
  24. Susi Purba – album Cinta kalapa
  25. Ismail Bangun – album Instrumental Karo, Produksi SS Record
  26. Dan masih banyak album Karo dan kolaborasi lainnya…

Dody Purba dan Viktor Hutabarat

Perjalanan panjang telah menghantarkannya menjadi seorang Saksofonis Indonesia. Banyak sudah artis Batak dan Nasional telah berkolaborasi dengannya. Apa yang diinginkan kedua orangtuanya agar Dody Purba menjadi artis terkenal sudah terwujud. Akan tetapi, Dody Purba masih terus belajar, dalam dirinya ada keinginan mengikuti jejak seniornya, Bill Saragih yang memiliki kemampuan mumpuni dalam bermaian saksofon, kebetulan sang Senior adalah satu kampung halaman, Pertibi Simalungun dengannya. Di atas segalanya, Dody Purba merasa harus senantiasa bersyukur kepada Tuhan atas segala kebaikan-Nya. (Admin NSJ – DEP)

 

DODY PURBA – SAKSOFONIS INDONESIA

Alamat       : Batang Serangan Kabupaten Langkat, Sumatera Utara

WA             : 082125511941

 

 

Mari kita nikmati lagu berikut:

Mari kita nikmati lagu: Edo Kondologit dengan alunan Saksofon Dody Purba dalam lagu Sai Anju Ma Au